Kamis, 11 Februari 2016

TEORI-TEORI

1.     TeoriWaisya


Teori Waisya dikemukakan oleh N.J  Krom berdasarkan alasan motivasi terbesar datangnya bangsa India ke Indonesia yaitu untuk berdagang. Golongan pedagang dari kasta Waisya merupakan golongan terbesar yang dating ke Indonesia.Kemudian mereka menetap di Indonesia. Dalam teori ini, para pedagang India diangggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu – Budha kepada masyarakat local ketika melakukan perdagangan.


KelebihanteoriWaisya :
·         Banyaknya sumberdaya alam di Indonesia membuat para Waisya (kelompokpedagang) tertarik untuk bertransaks ijualbeli di Indonesia. Saat itu, kebanyakan pedagang yang dating ke Indonesia berasal dari India yang merupakan pusat agama hindu, sehingga ketika mereka berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha.
KelemahanteoriWaisya :
·         Para pedagang yang termasuk dalam kasta Waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa
Bantahan para ahliterhadapteoriWaisya :
·         Motif mereka dating untuk berdagang, bukan untuk menyebarkan agama Hindu  sehingga hubungan yang terbentuk antara penduduk setempat bahkan pada raja dengan  para saudagar (pedagang India) hanya seputar perdagangan dan tidak akan membawa perubahan besar terhadap penyebaran agama Hindu.
·         Mereka lebih banyak menetap di daerah pantai untuk memudahkan kegiatan perdagangannya. Mereka dating ke Indonesia untuk berdagang dan jika mereka singgah mungkin hanya sekedar mencari perbekala n untuk perjalanan mereka selanjutnya atau untuk menunggu angin yang baik yang akan membawa mereka melanjutkan perjalanan. Sementara itu, kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak terletak di daerah pedalaman seperti PulauJawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan oleh kaum Waisya yang menjadi pedagang.
·         Meskipun ada perkampungan para pedagang India di Indonesia,  tetapi kedudukan mereka tidak berbeda dengan rakyat biasa di tempat itu, mereka yang tinggal menetap sebagaian besar hanyalah pedagang-pedagang keliling sehingga kehidupan ekonomi mereka tidak jauh berbeda dengan penduduk setempat. Sehingga pengaruh budaya yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar dalam tatanegara dan kehidupan keagamaan masyarakat setempat.
·         Kaum Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama Hindu sebab yang bertugas menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana. Lagi pula para pedagang tidak menguasai secara mendalam ajaran agama Hindu dikarenakan mereka tidak memahami bahasa Sansekerta sebagai pedoman untuk membaca kitab suci Weda.
·         Tulisan dalamprasasti danbangunankeagamaan Hindu yang ditemukan di Indonesia berasal dari bahasaSansekerta yang hanyadigunakan olehKaum Brahmana dalam kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan.

·         Jika para pedagang yang berperan terhadap penyebaran kebudayaan, maka pusat-pusar kebudayaan mestinya hanya terdapat di wilayahperdagangan, seperti di pelabuhan atau di pusatkota yang ada di dekatnya. Kenyataannya, pengaruhkebudayaan Hindu ini banyak terdapat di wilayah pedalaman, seperti di buktikan dengan adanya kerajaan bercorak Hindu di pedalaman pulau Jawa.

2. Teori Ksatria

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia mengatakan bahwa pada masa lampau di negara India sering terjadi perang antar golongan. Para prajurit yang kalah atau jenuh dalam menghadapi Perang antar golongan tersebut lantas mereka meninggalkan India.
Dan menyebar ke berbagai wilayah di dunia. Rupanya, di antaramereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan kebudayaan hindu.

Tiga ahli mengemukakan pendapatnya tentang teori Ksatria :
a)      C.C Berg
Mengemukakan bahwa para ksatria ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Mereka dijanjikan akan diberi hadiah apabila menang, yaitu dinikahkan dengans eorang putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari perkawinan ini, tradisi hindu berkembang dengan mudah di Indonesia.
b)      Mookerji
para ksatria ini membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang menjadi kerajaan dan menjalinhubungan dengan kerajaan India.
c)       J.L. Moens
Mengemukakan bahwa pada abad ke-5, banyak para ksatria yang melarikan dir ikarena peperangan di India. Para ksatria yang berasal dari keluarga kerajaan mendirikan kerajaan baru di Indonesia.
KelebihanteoriKsatria
·         Semangat berpetualang dan menaklukan daerah lain, pada saat itu umumnya dimiliki oleh para Ksatria (keluarga kerajaan)
KelemahanteoriKsatria :
·         Para ksatria tidak mengusai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa
·         Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaan-kerajaan India, tentunya ada bukti prasasti (jayaprasasti/jayastamba/tugukemenangan) yang menggambarkan penaklukkantersebut. Akan tetapi, baik di India maupun Indonesia tidak ditemukan prasasti semacam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai sebagai bukti yang memperkuat hipotesisi ni. Hal ini disebabkan penaklukkan tersebut terjadi pada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan pada kurun waktu yang lebih awal.

3. TeoriBrahmana
Menurut teori yang dikemukakan oleh J.C Van Leur ini, bahwa para Brahmana datang dari India ke Indonesia atas undangan pemimpin suku dalam rangka melegitimasi kekuasaan mereka sehingga setaraf dengan raja-raja di india.
Teori ini di dasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan bercorak hindu-buddha di indonesia, terutama prasasti-prasast iberbahasa sanskerta dan huruf Pallawa. Di inda, bahasa dan huruf itu hanya di gunakan dalam kitab suci Weda dan upacara keagamaan, dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasainya.

Faktor pendukung teori Brahmana:
·         Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu. Urusan keagamaan merupakan monopoli kaum Brahmana bahkan kekuasaan terbesar dipegang oleh kaum Brahmana sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu.
·         Prasasti Indonesia yang pertama menggunakan bahasa Sansekerta, sedangkan di India sendiri bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas tinggi sehingga tidak semua orang dapat membaca dan menulis bahasa Sansekerta. Di India hanya kasta Brahmana yang menguasai bahasa Sansekerta sehingga hanya kaum Brahmana-lah yang dapat dan boleh membaca kitab suci Weda.
·         Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mensyahkan kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikena listilahkerajaan. Karena upacara penobatan tersebut secara Hindu maka secara otomatis rajanya juga dinyatakan beragama Hindu, jika raja beragama Hindu makarakyatnya pun aka mengikuti rajanya.
·         Ketika menobatkan raja kaum Brahmana pasti membawa kitab Wedake Indonesia. Sebelum kembali ke India tak jarang para Brahmana tersebut akan meniggalkan Kitab Weda-nya sebagai hadiah bagi sang raja. Kitab tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh sang raja dan digunakan untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia.
·         Karena raja telah mengenal Brahmana maka secara khusus raja juga meminta Brahmana untuk mengajar di lingkungan istananya. Dari hal inilah maka agama dan budaya India dapat berkembang di Indonesia.
·         Sejak itu mulailah secara khusus kepala suku-kepala suku yang lain yang tertarik terhadap budaya dan ajaran Hindu mengundang kaum Brahmana untuk dating dan mengajarkan agama dan budaya India kepada masyarakat Indonesia.
·         Teori ini didukung dengan adanya bukti bahw aterdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populerdengannamaKampungKeling) yang banyak ditempat ioleh orang Kelingdari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinandankematian).

Kelemahan teori Brahmana :
·         Kendati  benarhanya para Brahmana yang dapat membaca dan menguasai Weda, tetapi para pendeta hindu itu pantang menyebrangi lautan.

Bantahan atau sanggahan terhadap teori ini :
·         Mempelajari bahasa Sansekerta merupakanhal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain. Sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum Brahmana.
·         Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akankehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar.

4. TeoriArusBalik

                  Menurut teori yang dikemukakan oleh  G. Coedes ini, berkembangnya pengaruh dan kebudayaan India dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Bangsa Indonesia mempunyai kepentingan untuk dating dan berkunjung ke India seperti mempelajari agama Hindu dan Budha. Sepulangnya dari India, mereka membawa serta pengetahuan tentang agama dan kebudayaan india.

Banyak orang yang lebih meyakini teoriarus balik, bahwa agama hindu masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang indonesia, yang mempelajarinya ketika mereka berada di india untuk berbagai keperluan. Meski demikian, sampai saat ini teori arus balik masih memerlukan banyak bukti lagi untuk memperkuat kebenarannya.
Sementara itu sekitar abad ke-5 agama Buddha mulai dikenal di indonesia. Pada akhir abad ke-5 seorang biksu india mendarat di sebuahkerajaan di jawa, tepatnya di jawa tengah. Pada akhir abad ke-7, I Tsing penziarah Buddha dari tiongkok, berkunjung ke pulau Sumatra kala itu disebut Swarnabhumi, tepatnya di kerajaan Sriwijaya, ia menemukan bahwa Buddhisme di terima luas oleh rakyat, dengan Sriwijaya sebagai pusat penting pembelajaran Buddhisme.

Pada pertengahan abad ke-8 Jawa Tengah berada dalam kekuasaan raja-raja Dinasti Syailendra yang merupakan penganut Buddhisme. Mereka membangun berbaga imonumen buddha di Jawa, seperti candi Borobudur, monument ini selesai dibangun pada awal abad ke-9.

KelebihanteoriArusBalik :  
·         Ada kemungkinaan para bangsawan di Indonesia perg ike India untuk belajar agama Hindu-Budha dan budaya, tujuanya agar dengan ilmu yang mereka dapat dari India, para bangsawan bias membuat kekuasaan di Indonesia dengan mencotoh kebudayan Hindu-Budha

KelemahanteoriArusBalik :
·         Kemungkinan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Budha ke India sulit, karena pada masa itu orang Indonesia masih bersifat pasif.

5. TeoriSudra

Teori in idikemukakan oleh Van Faber. Ia mengatakan bahwa Agama Hindu di bawa oleh para budak atau golongan sudra, mereka menyebarkan agama hindu karena ingin merubah nasib mereka. Orang-orang Sudra yang merupakan golongan terbawah dalam strata kasta Hindu masuk ke Indonesia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Tapi, teori ini tidak terlalu kuat, karena secara rasional, pengaruh kaum Sudra untuk menyebarkan Agama Hindu tidak terlalu besar dalam mempengaruhi masyarakat di Nusantara. Pada dasarnya, kebudayaan Hindu bukanlah milik cakupan kasta Sudra, karena mereka merasa terisisih dan hanya hidup sebagai budak dan kebudayaan Hindu dianggap terlalu tinggi untuk mereka.
Van Faber berpendapat bahwa  Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang  lebih baik,  daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak dari para majikan sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia untuk mendapat kedudukan yang lebih baik dan lebih dihargai.

BantahanterhadapteoriSudra :
·          Golongan Sudra tidakmenguasai seluk beluk ajaran agama Hindu sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu). Terlebih tidak sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya.
·          Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka). Sehingga jika mereka ke tempat lain pasti hanya untuk mewujudkan tujuan utama mereka, bukan untuk menyebarkan agama Hindu.
·         Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu yang merupakan milik kaum brahmana, kasta di atasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah.




Senin, 01 Februari 2016

MESOLITIKUM

      Pada zaman kehidupan manusia purba tidak terlalu berbeda dengan kehidupan manusia purba pada masa-masa sebelumnya. Mereka memenuhi kebutuhan sehari – hari dengan berburu dan mengumpulkan beberapa makanan. Namun, pada masa ini manusia lebih cerdas dibandingkan dengan para pendahulunya. Mereka mulai menetap dan membangun tempat – tempat tinggal yang semi permanen di tepi – tepi pantai, dan di dalam goa goa, sehingga tidak heran di tempat tersebut banyak ditemukan peninggalan – peninggalan pra sejarah. Manusia purba yang hidup pada zaman mesolitikum sudah mempunyai kemampuan membuat kerajinan gerabah dari tanah liat.
Selain itu, mereka juga sudah mulai bercocok tanam meskipun dengan cara yang masih sederhana. Manusia purba pada masa ini masih menggunakan alat – alat yang diambil dari tulang dan tanduk hewan untuk digunakan dalam kehidupan sehari – hari seperti pada masa mengumpulkan makanan tingkat awal atau paleolitikum.
Alat – alat tersebut banyak ditemukan di pulau sumatra, pulau jawa, pulau bali, dan nusa tenggara bagian timur. Barang-barang hasil budaya mesolitikum yang di temukan, diantaranya adalah kapak genggam Sumatra (Sumatralith pebble culture), flake (flakes culture) di daerah Toala, alat dari bahan tulang (bone culture) di Sampung.

CIRI – CIRI ZAMAN MESOLITIKUM

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa zaman mezolitikum memiliki ciri – ciri sebagai berikut ini:
1. Manusia di zaman ini sudah tidak lagi nomaden atau menetap di gua, maupun di pantai.
2. Manusia zaman ini sudah mengumpulkan makanan dan bercocok tanam.
3. Manusia zaman ini sudah bisa membuat kerajinan dari gerabah.

MANUSIA PURBA PADA ZAMAN MESOLITIKUM

Manusia purba pada zaman mezolitikum memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan manusia purba pada zaman sebelumnya. Mereka sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju dan tatanan sosial yang lebih tertata rapih. Salah satu jenis manusia purba yang hidup pada masa ini adalah Abris sous roche, yaitu manusia purba mendiami gua-gua di tebing pantai. Ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil mereka bersama dengan banyaknya tumpukan sampah dapur yang menggunung tinggi hingga mencapai 7 meter. Tumpukan fosil ini di sebut juga dengan kjokkenmoddinger.

HASIL KEBUDAYAAN ZAMAN MESOLITIKUM

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Zaman Mesolitikum menghasilkan beberapa kebudayaan, di antaranya adalah:

1. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Istilah Kjokkenmoddinger diambil dari bahasa Denmark, yaitu kjokken yang berarti dapur dan modding yang berarti sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur. Dalam pengertian yang sebenarnya Kjokkenmoddinger adalah fosil yang berupa timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput sehingga mencapai ketinggian ± 7 meter. Fosil ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, yakni antara daerah Langsa hingga Medan. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba pada zaman ini sudah mulai menetap.
Pada tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian pada Kjokkenmoddinger. Kemudian, dia menemukan kapak genggam yang berbeda dengan kapak genggam pada zaman phaleotikum (chopper).
2. Kapak genggam Sumatera (Sumateralith)
Pada tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di fosil bukit kerang dan menemukan kapak genggam. Temuan tersebut dinamakan sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith). Kapak ini dibuat dari batu kali yang dipecah – pecah hingga menjadi tajam ujungnya.
3. Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble, Dr. P.V. Van Stein juga menemukan kapak pendek (Hachecourt) di dalam bukit kerang. Kapak ini memiliki bentuk yang lebih pendek (setengah lingkaran) sehingga disebut juga dengan hachecourt/kapak pendek.
4. Pipisan
Di dalam bukit kerang tersebut ternyata ditemukan pipisan, yaitu batu – batu penggiling beserta dengan landasannya. Batu pipisan ini digunakan untuk menggiling makanan dan juga dipergunakan sebagai penghalus cat merah yang berasal dari tanah merah. Cat merah ini diperkirakan sebagai alat untuk keperluan keagamaan dan juga untuk ilmu sihir

NEOLITHIKUM

      Ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing. Pada saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan berternak. Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah kering saja. Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan kemudian dibakar. Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.


Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah mukanya.

B. ALAT-ALAT ZAMAN NEOLITHIKUM
Pada zaman neolithikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.


1. Pahat Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.

2. Kapak Persegi

Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.

Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.

3. Kapak Lonjong

Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.

Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
4. Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.



5. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.

6. Pakaian dari kulit kayu
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman neolithikum sudah berpakaian.

7. Tembikar (Periuk belanga)

Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia

MEGALITIKUM

          Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zamanPerunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupunkepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaanterhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuanmanusia sudah mulai meningkat.


2.KEBUDAYAAN MEGALITIKUM
Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat Anda lihat sampai sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan kebudayaan megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku Nias.

Adapun beberapa hasil-hasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah sebagai berikut:
Punden berundak : terbuat dari batu untuk meletakan sesaji
dolmen : meja batu yang digunakan untuk meletakan sesaji
waruga : kubur batu yang berbentuk kubus
kubur batu : tempat menyimpan mayat
Sarkofagus : kubur batu yang berbentuk lesung




1. Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir,

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak

2. Punden Berundak-undak

Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.
  
3.Dolmen

Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.


4.Waruga

Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.


5.Peti kubur

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya